Hidayatullah.com | SUATU hari Malik al-Asy’ari RA datang kepada Rasulullah ﷺ . Dia mengeluh, “Putraku Auf ditawan oleh kaum musyrikin.”  Rasulullah ﷺ  mengatakan agar dirinya bersabar, in sya Allah akan ada jalan keluar dari kesempitan itu.

Rasulullah juga menganjurkan supaya memperbanyak membaca “Laa haula walaa quwwata illa billah.”  Ketika itu Auf diikat oleh kaum musyrikin dengan tali dari kulit. Atas izin Allah SWT, tiba-tiba ikatan itu terlepas. Auf bebas kemudian pergi dengan mengendarai seekor unta.

Di tengah perjalanan, Auf menemukan ternak milik orang-orang musyrik. Ternak itu kemudian digiring hingga sampai di depan rumah orangtuanya.

Tentu saja Malik dan istrinya terkejut dengan kedatangan putranya. “Auf, demi Allah yang memiliki Ka’bah, bagaimana bisa terlepas padahal diikat sedemikian rupa?”

Orangtuanya semakin terkejut ketika melihat Auf membawa binatang ternak yang begitu banyak sehingga memenuhi halaman rumah. Kata ayahnya, “Aku akan bertanya kepada Nabi ﷺ .”

Terkait dengan status ternak itu, Nabi ﷺ  berkata, “Berbuatlah sebagaimana engkau berbuat terhadap harta kekayaanmu sendiri.”(Riwayat Ibn Ishaq).

Dalam riwayat Ibnu Jarir, kemudian turun ayat:

وَمَنۡ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجۡعَلْ لَّهٗ مَخۡرَجًا

وَّيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ‌

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeqi dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (ath-Thalaq [65]: 2-3). (Disadur dari Tafsir Ibnu Katsir, hal 103).

Bahagia dalam Masalah

Tak bisa dipungkiri bahwa dalam kehidupan ini seringkali muncul berbagai masalah. Mulai dari yang sangat sederhana hingga yang rumit dan sulit terpecahkan. Hal itu akan selalu menghiasi ritme perjalanan hidup kita.

Cara manusia menyikapi masalah itu berbeda-beda. Ada sebagian yang mudah berputus asa. Marah, benci, bahkan memaki-maki keadaan dan berprasangka buruk kepada Allah SWT. Kemudian ia melarikan jiwa dan raganya kepada perbuatan dan tempat maksiat. Disangkanya cara seperti itu adalah jalan untuk menyelesaikan masalah.

Sungguh, cara seperti itu bukanlah jalan penyelesaian. Justru persoalan makin menjadi-jadi. Akhirnya jiwanya pun makin merana. Sikap seperti itu bukanlah sikap yang baik sebagai hamba Allah SWT. Orang beriman mutlak menjauhi sikap-sikap yang tak terpuji itu.

Sebagian yang lain bisa bersikap tabah. Tampak dalam jiwanya ketenangan. Meski masalahnya cukup pelik, jiwanya tetap sabar dan tawakkal kepada Rabb-nya. Ia meyakini masalah yang hadir dalam hidupnya pasti ada hikmah di baliknya. Dan Allah SWT sebagai Rabb-nya pasti akan memberinya solusi atas masalah itu.

Orang semacam ini juga yakin bahwa di balik kesulitan itu akan hadir kemudahan dan kebahagiaan (asy-Syarh [94]: 5-6). Sebagaimana kisah di atas, ketika tertimpa masalah, maka yang dilakukan adalah berdzikir dan mendekat kepada-Nya. Alhamdulillah, masalahnya bisa teratasi dan mendapatkan rezeqi yang tak disangka-sangka.

Allah Tempat Berlari

Ada keyakinan yang mesti terus dikuatkan ke dalam jiwa setiap Muslim. Bahwa ketika tertimpa masalah, maka tempat pelariannya bukanlah kepada makhluk, apalagi ke tempat maksiat. Tapi, tempat lari yang tepat adalah Allah SWT.

Allah-lah tempat mengadu, tempat berkeluh kesah, dan tempat memohon solusi terbaik dan tercepat. Allah-lah yang Mahatahu solusi terbaik untuk kita. Oleh karena itu, dekatkanlah jiwa kita kepada-Nya.

Janganlah justru menjauh dari-Nya ketika kita ditimpa masalah. Diri kita ini sangat bergantung kepada Allah SWT. Maka ketika masalah menimpa, kita mesti meningkatkan kualitas taqwa. Makin banyak berusaha, berdzikir, beristighfar, dan berdoa kepada-Nya. Dengan jalan itu, semoga jiwa kita terlimpahkan ketenangan dan solusi.

Allah SWT berfirman:

اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوۡبُهُمۡ بِذِكۡرِ اللّٰهِ‌ ؕ اَلَا بِذِكۡرِ اللّٰهِ تَطۡمَٮِٕنُّ الۡقُلُوۡبُ

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS: ar-Ra’du [13]: 28).

Taqwa

Sungguh, Allah SWT telah menjanjikan banyak keutamaan bagi hamba-hamba-Nya yang senantiasa bertaqwa. Di antara janji Allah SWT itu adalah:

Pertama, dibebaskan dari kesusahan dan memperoleh rezeki. Dalilnya adalah Surat ath-Thalaq [65]: 2-3 di atas.

Kedua, Allah SWT mempermudah segala urusan.

Firman-Nya:

وَمَنۡ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يَجۡعَلْ لَّهٗ مِنۡ اَمۡرِهٖ یُسْرًا

“Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS: ath-Thalaq [65]: 4).

Ketiga, Allah SWT akan melipatgandakan pahala baginya.

وَمَنۡ يَّـتَّـقِ اللّٰهَ يُكَفِّرۡ عَنۡهُ سَيِّاٰتِهٖ وَيُعۡظِمۡ لَهٗۤ اَجۡرًا‏

“Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipatgandakan pahala baginya.” (QS: ath-Thalaq [65]: 5).

Keempat, Allah SWT mempermudah baginya memperoleh ilmu.

ؕ وَ اتَّقُوا اللّٰهَ‌ ؕ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّٰهُ‌ ؕ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيۡمٌ

“Dan bertaqwalah kepada Allah; Allah akan mengajarkan untuk kalian; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS: al-Baqarah [2]: 282).

Kelima, Allah SWT akan mengasihinya.

بَلٰى مَنۡ اَوۡفٰى بِعَهۡدِهٖ وَاتَّقٰى فَاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الۡمُتَّقِيۡنَ

“Sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuatnya) dan bertaqwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.” (QS: Ali Imran [3]: 76).

Amat jelas bahwa jalan orang beriman untuk meraih kemuliaan dan solusi atas semua persoalan dalam kehidupan ini adalah bertaqwa kepada Allah SWT. Dengan demikian, saat terlilit masalah, baik dalam lingkup terkecil –seperti pribadi dan keluarga- maupun dalam lingkup besar –seperti lingkup masyarakat dan negara, maka yang mesti dilakukan adalah bersegera berlari menuju Allah.

Perbanyaklah mengunjungi rumah-Nya (masjid), membaca kitab-Nya (al-Qur`an), berdzikir, dan berdoa kepada-Nya. Dengan jalan itu, semoga kemudahan dan solusi dari-Nya akan segera hadir.

Begitu pula dalam komunitas masyarakat dan negara. Bila berbagai masalah terus bermunculan dan tak kunjung ketemu solusinya, maka yang mesti dibangun adalah ketaqwaan di tengah masyarakat. Di sinilah peran seorang pemimpin untuk menyeru warganya agar banyak beristighfar kepada-Nya, memakmurkan rumah-Nya, terus menguatkan ukhuwah antar sesama, serta banyak berdoa bagi kebaikan masyarakat dan negara.

Jalan itulah yang mesti ditempuh. Jalan itulah yang akan mengundang pertolongan-Nya, berupa solusi atas persoalan yang terus melilit, serta keberkahan bagi masyarakat dan negara.

Allah SWT menjanjikan:

وَلَوۡ اَنَّ اَهۡلَ الۡقُرٰٓى اٰمَنُوۡا وَاتَّقَوۡا لَـفَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالۡاَرۡضِ وَلٰـكِنۡ كَذَّبُوۡا فَاَخَذۡنٰهُمۡ بِمَا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ‏

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (al-A’raf [7]: 96).*/Abu Hana Kamilah

Rep: Admin Hidcom
Editor: –

Artikel sebelumyaKuasa Hukum: HRS Mengecam dan Menolak Aksi Terorisme
Artikel berikutnyaPakar: Undang-undang ‘Anti-Separatisme’ Prancis Bertujuan untuk Melegalkan Islamofobia

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here