Hidayatullah.com—Sepasang suami-istri yang baru menikah, yang konon mengutarakan keinginan untuk bergabung dengan ISIS alias IS, Ditangkap hari Kamis (1/4/2021) di sebuah pelabuhan dekat New York City ketika berusaha menaiki sebuah kapal kargo, yang menurut aparat yang menyamar, akan membawa mereka ke Yaman.

James Bradley, 20, dan Arwa Muthana, 29, ditangkap saat berada di papan jalan di Newark–Elizabeth Marine Terminal di New Jersey, kata jaksa penuntut. Keduanya didakwa di pengadilan federal di Manhattan dengan tuduhan berusaha dan berkonspirasi untuk menyuplai sokongan materi untuk sebuah organisasi teroris asing.

Bradley dan Muthana hadir di pengadilan untuk pertama kali pada hari Kamis dan diperintahkan masuk tahanan tanpa peluang bebas dengan uang jaminan, lansir Associated Press Sabtu (3/4/2021).

Kepala Kejaksaan Manhattan Audrey Strauss mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “rencana-rencana serangan yang akan dilakukan pasangan itu terhadap Amerika Serikat berhasil digagalkan.”

Bradley, warga Bronx, dalam sejumlah perbincangan yang direkam dengan petugas yang menyamar selama kurun hampir satu tahun mengungkapkan keinginannya bergabung dengan IS di luar negeri, kata jaksa. Bradley juga mengatakan kepada aparat hukum yang menyamar tersebut – yang menggiringnya ke kapal kargo itu – perihal potensi serangan terhadap United States Military Academy di West Point, New York, kata jaksa.

Bradley berusaha berangkat ke Timur Tengah dengan kapal kargo karena khawatir dirinya kungkinan masuk dalam daftar teroris yang dipantau aparat, kata jaksa 

Pada 2019, Bradley berenang pergi ke Afghanistan untuk bergabung dengan Taliban dan menyerang tentara AS. Namun, dia mengubah niatnya karena ada perbedaan ideologi dengan orang yang rencananya akan melakukan perjalanan bersamanya. Orang tersebut kemudian ditangkap, kata jaksa mengutip interview FBI kala itu.

Muthana, warga Alabama, juga mengutarakan dukungannya untuk ISIS dan mendiskusikan rencana keberangkatan ke Timur Tengah deng denga Bradley untuk berperang atas nama kelompok tersebut, kata jaksa. Wanita itu melepaskan haknya untuk diam dan dia mengatakan berniat untuk bertempur dan membunuh orang-orang Amerika, kata jaksa.

Pasukan koalisi pimpinan AS merebut teritori terakhir yang dikuasai IS sekitar dua tahun lalu, mengakhiri kekhalifahan yang diproklamirkan sepihak oleh ISIS yang mencakup sebagian besar wilayah Iraq dan Suriah. Sejak itu, sisa-sisa anggota ISIS bergerak di bawah tanah di daerah perbatasan Iraq-Suriah terus melakukan aksi pemberontakan.

Muthana dan Bradley menikah bulan Januari 2021. Setelah pergi ke Alabama untuk menemui Muthana, kata jaksa, dia menghubungi petugas yang menyamar dengan ide pergi ke luar negeri dengan menumpang kapal kargo untuk bergabung dengan ISIS. Petugas yang menyamar tersebut kemudian menghubungkan Bradley dengan seorang “fasilitator” – yang sebenarnya juga seorang petugas yang menyamar – dan Bradley membayar orang tersebut $1.000 tunai untuk ongkos perjalanan, kata jaksa.

Bradley mengatakan kepada petugas yang menyamar itu bahwa dia dan Muthana berencana “bertempur” setibanya di Yaman dan dia bermimpi bahwa dirinya memberikan bai’at kepada pemimpin IS Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi, kata jaksa.

Dalam dakwaan tidak disebutkan bahwa Bradley dan Muthana pernah mendiskusikan perihal rencana bergabung IS kepada orang lain selain kepada dua petugas yang menyamar tersebut.*

Rep: Ama Farah
Editor: Dija

Artikel sebelumyaPilihan Razman Pragmatis Rasional, Mestinya Itu Juga Jadi Pilihan Pak Moeldoko
Artikel berikutnyaSenpi Glock Hanya Dipakai Polisi dan Tentara, Bagaimana Warga Sipil Bisa Memiliki?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here