Israel Gempur Tepi Barat dan Gaza, Bunuh Komandan Hamas

 

Mengapa Israel Gempur Tepi Barat dan Gaza Hingga Tewaskan Komandan Hamas? Ketahui Faktanya!

Jakarta – Eskalasi ketegangan di Timur Tengah mencapai puncak baru pada akhir pekan ini ketika Israel melancarkan serangan di Tepi Barat dan Gaza, yang menyebabkan kematian sedikitnya 15 warga Palestina, termasuk seorang komandan Hamas di Tepi Barat. Serangan di Tepi Barat khususnya membawa sorotan internasional karena keganasannya yang meningkat.

“Sekolah yang terletak di lingkungan Sheikh Radwan, Kota Gaza, dihantam oleh serangan Israel, menewaskan 15 pengungsi Palestina,” kata sumber dari militer Israel, yang mengklaim bahwa “sekolah tersebut dipergunakan oleh Hamas sebagai pusat komando untuk menyembunyikan militan dan memproduksi senjata.” Namun, klaim ini dibantah oleh Hamas, dengan menegaskan bahwa sekolah tersebut digunakan untuk kegiatan warga sipil.

Sebelum insiden di sekolah, militer Israel telah menyerang dua lokasi di Tepi Barat, yang mengakibatkan kematian sembilan militan, di antaranya adalah komandan Hamas sayap bersenjata di wilayah Tulkarem. “Serangan udara pertama dari dua serangan udara Tepi Barat menghantam sebuah kendaraan di dekat kota Tulkarem,” konfirmasi sumber militer Israel. “Kami menargetkan sel militan yang direncanakan untuk melakukan serangan.”

Jihad Islam, sekutu Hamas, mengklaim bahwa empat orang lainnya yang tewas dalam serangan tersebut adalah pejuangnya. Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menegaskan dukungannya, “Malaysia akan tetap membela hak-hak Hamas sebagai pejuang gerakan pembebasan Palestina.”

Insiden di Tepi Barat dan Gaza tersebut merupakan bagian dari peningkatan kekerasan yang berkelanjutan sejak perang berkecamuk antara Hamas dan Israel yang dimulai pada bulan Oktober tahun lalu. Fokus dunia terarah pada situasi ini, terutama setelah serangan yang menewaskan Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas, di Teheran.

Baca Juga: Kontroversi Olimpiade Paris 2024 Parodikan Malam Perjamuan Kudus #IndonesiaOlimpiadeParis

“Pembunuhan oleh penjajah Israel terhadap Saudara Haniyeh adalah eskalasi besar yang bertujuan untuk mematahkan keinginan Hamas dan kehendak rakyat kami dan mencapai tujuan palsu. Kami tegaskan bahwa eskalasi ini akan gagal mencapai tujuannya,” ucap Sami Abu Zuhri, pejabat senior Hamas.

Iran dan sekutu-sekutunya dalam Poros Perlawanan juga bersumpah untuk membalas, dengan IRGC mendeskripsikan pembunuhan Haniyeh sebagai sebuah aksi memicu yang “akan membuat penjajah teroris menyesali tindakan pengecut mereka.”

Konflik ini meresahkan banyak negara, mengakibatkan Malaysia dan Kanada mengimbau warganya untuk menghindari bepergian ke Israel. Sejumlah negara pun meminta warganya untuk tidak mengunjungi Lebanon, Iran, dan Israel sampai keamanan di wilayah tersebut membaik.

Dampak konflik ini terasa hingga ke ranah media sosial, dengan Meta Platforms menghapus unggahan belasungkawa terhadap Ismail Haniyeh, yang mengakibatkan platform tersebut diblokir di Turki dan mendapat kecaman di Malaysia.

Lebih dari segalanya, tragedi terbesar adalah jatuhnya korban sipil yang sebagian besar adalah anak-anak di Gaza. “80 persen dari mereka yang tewas dan terluka dalam serangan di sekolah Hassan Salama dan al-Nasr adalah anak-anak,” sebuah fakta yang menambah beban duka di komunitas internasional.

Pada saat ketegangan geopolitik ini meningkat, dunia menanti respon dari komunitas internasional terhadap serangan-serangan baru dan pelanggaran hak asasi manusia yang terus terjadi di kawasan berkonflik tersebut.

Baca Juga : Perang Saudara di Yaman: Kisah Tragis Kemanusiaan dan Gejolak Konflik Regional

 

Artikel sebelumyaPerang Saudara di Yaman: Kisah Tragis Kemanusiaan dan Gejolak Konflik Regional
Artikel berikutnyaKontes Waria di Hotel Orchardz Jakarta Pusat Menuai Kritik dan Minta Aparat Untuk BertindaK

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here