Takfiri
Gambar ilustrasi

IkromulMuslimin – Faham takfiri merujuk pada pandangan radikal yang dipraktikkan oleh sebagian kecil individu atau kelompok dalam dunia Islam.

Istilah “takfiri” berasal dari kata “takfir,” yang berarti mengkafirkan atau menyatakan seseorang atau kelompok sebagai kafir (orang yang tidak beriman).

Ciri utama dari faham takfiri adalah keyakinan mereka bahwa hanya kelompok atau individu yang memahami Islam dengan cara yang sama persis seperti mereka yang dianggap sebagai Muslim yang sejati, sedangkan yang lain dianggap sebagai musuh atau kafir.

Mereka cenderung bersikap keras terhadap siapa pun yang berbeda pandangan atau praktik keagamaannya, termasuk terhadap sesama Muslim.

Kelompok yang mengadopsi faham takfiri seringkali membenarkan kekerasan dan terorisme sebagai cara untuk mencapai tujuan mereka.

Mereka sering memandang negatif terhadap kaum minoritas dan menganggap diri mereka sebagai pelaksana hukum Tuhan dalam menegakkan “kebenaran” Islam. Pendekatan mereka sering kali sangat sempit dan intoleran terhadap perbedaan, dan dapat mengancam stabilitas sosial dan perdamaian.

Namun, penting untuk diingat bahwa faham takfiri ini mewakili pandangan ekstrem yang tidak diakui atau diterima oleh mayoritas umat Islam.

Mayoritas ulama dan pemimpin Muslim menolak dan mengutuk pandangan takfiri ini karena bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam yang menganjurkan toleransi, saling menghormati, dan kebebasan beragama.

Ketika berbicara tentang faham takfiri, penting untuk membedakan antara kelompok kecil yang menganut pandangan ini dengan mayoritas umat Muslim yang hidup dalam keragaman dan menganut nilai-nilai damai dan toleransi.

Baca Juga : Apa itu Intoleransi Beragama dan Contoh Kasusnya di Indonesia

PBNU Tolak Paham Takfiri

Dikutip dari nu.or.id PBNU mendorong pemerintah peduli dengan aksi kelompok-kelompok yang gemar memprovokasi umat dengan tuduhan kafir. Paham takfiri (pengafiran) semacam ini ditengarai akan menyulut permusuhan dan perpecahan sesama anak bangsa.

Pada masyarakat Muslim akar rumput kerap terjadi perdebatan, tudingan bid’ah bahkan pengafiran atas tradisi keagamaan mayoritas umat Islam di Indonesia. Jika dibiarkan begitu saja, kelak paham ini akan menyuburkan ekstremisme dan terorisme.

LD PBNU juga mengingatkan pemerintah akan merebaknya kajian-kajian keagamaan di lingkungan perkantoran pemerintah yang dalam beberapa hal bertolak belakang dengan komitmen pemerintah dalam membangun moderasi beragama.

Baca Juga : Mengenal Konsep Pluralisme di Indonesia dan Negara Lainya

Ciri-ciri Faham Takfiri

Faham takfiri ditandai oleh serangkaian ciri yang menggambarkan pemikiran dan tindakan kelompok yang menganut pandangan tersebut.

Ciri-ciri ini mengungkapkan sikap keras dan intoleran terhadap perbedaan dalam Islam dan sering kali berujung pada kekerasan. Berikut adalah beberapa ciri khas dari faham takfiri:

Pengkafiran terhadap sesama Muslim: Faham takfiri secara eksklusif memahami Islam dari sudut pandang sempit dan mengklaim bahwa hanya mereka yang mengikuti pandangan mereka yang benar-benar Muslim. Mereka dengan mudah mengkafirkan kelompok Muslim lain yang tidak sepaham dengan mereka, bahkan dalam hal-hal yang tidak mendasar.

Kebencian terhadap perbedaan dan pluralitas: Kelompok takfiri cenderung memandang perbedaan pendapat dan praktek keagamaan sebagai bentuk kemurtadan atau pengkhianatan terhadap agama. Mereka menolak mengakui keberagaman pandangan dan praktik keagamaan yang ada dalam Islam, serta kurang mampu menerima adanya variasi tafsir dan pemahaman yang sah dalam agama.

Sikap keras dan intoleransi terhadap pandangan lain: Faham takfiri ditandai oleh sikap yang keras dan intoleran terhadap pandangan dan keyakinan yang berbeda. Mereka cenderung menolak dialog dan berusaha memaksakan pandangan mereka kepada orang lain melalui intimidasi, pengancaman, atau kekerasan.

Justifikasi kekerasan dan terorisme: Kelompok takfiri seringkali membenarkan tindakan kekerasan, termasuk terorisme, sebagai cara untuk mencapai tujuan mereka. Mereka dapat menggunakan pemahaman sempit dan penafsiran keliru tentang ajaran agama untuk membenarkan tindakan kekerasan terhadap orang lain, baik sesama Muslim maupun non-Muslim.

Baca Juga : Apa itu Islam Liberal, dan Bagaimana Perkembanganya di Indonesia?

Dampak dan Konsekuensi Faham Takfiri

Faham takfiri memiliki dampak yang serius dan konsekuensi yang merugikan, baik bagi masyarakat Muslim maupun masyarakat luas. Pandangan yang keras, intoleran, dan radikal ini dapat mengancam stabilitas sosial dan perdamaian, serta merusak harmoni antarumat beragama.

Faham takfiri menciptakan polarisasi dan konflik antara kelompok-kelompok Muslim yang berbeda pandangan, serta dengan kelompok non-Muslim. Keyakinan bahwa hanya pandangan mereka yang benar dan yang lain adalah musuh atau kafir dapat memicu perselisihan, ketegangan, dan bahkan kekerasan dalam masyarakat. Hal ini dapat mengancam stabilitas sosial dan perdamaian di komunitas tempat faham takfiri tersebar.

Pembenaran terhadap kekerasan dan terorisme oleh kelompok takfiri dapat mempengaruhi individu yang terpapar faham ini. Pandangan yang membenarkan pembunuhan dan penyerangan terhadap orang yang dianggap tidak sejalan dengan pandangan mereka menyebabkan munculnya individu yang tergoda untuk terlibat dalam tindakan kekerasan atau terorisme. Hal ini berpotensi mengancam keamanan masyarakat dan mengganggu ketertiban umum.

Kelompok takfiri cenderung menolak kebebasan beragama dan ekspresi yang menjadi hak asasi manusia. Mereka membatasi kebebasan individu untuk mengikuti keyakinan dan praktik keagamaan mereka yang berbeda, dan mengintimidasi atau melarang pandangan dan pendapat yang tidak sejalan dengan mereka. Dampaknya adalah terbatasnya kebebasan individu dalam menjalankan agama dan mengemukakan pemikiran, serta menghambat kehidupan sosial dan intelektual yang sehat.

Faham takfiri memecah belah umat Muslim dengan mengklaim kelompok mereka sebagai satu-satunya yang benar dan mengkafirkan kelompok lain. Hal ini berdampak pada hilangnya rasa persatuan dan kebersamaan di antara umat Muslim. Ketidakpercayaan, perselisihan, dan konflik dalam umat Islam dapat menghambat upaya bersama untuk mengatasi tantangan dan mempromosikan kebaikan dalam masyarakat.

Dampak dan konsekuensi faham takfiri ini menunjukkan betapa pentingnya penolakan terhadap pandangan yang ekstrem dan radikal tersebut. Melalui upaya kolaboratif, dialog antaragama, pendidikan yang inklusif, dan penegakan hukum yang adil, masyarakat dapat mengatasi dampak negatif dan bekerja menuju masyarakat yang lebih harmonis, toleran, dan damai.

Baca Juga : Isu Islamophobia di Indonesia: Sebab, Dampak, dan Solusinya

Dukung langkah kami dalam memberikan suara islamiah dengan share berita ini

Artikel sebelumyaInilah 5 Fakta Kasus Pengajian Seks Oleh Oknum Pimpinan Pesantren di Lombok
Artikel berikutnyaPemahaman Ikromul Muslimin: Mencintai Sesama Muslim

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here