Peningkatansebaran Covid-19 pascalebarandisinyalirakibatgagalnya program larangan mudik dan penyekatan. Benarkahdemikian? Berikutinifaktanya.
Jakarta – (31/05/21).Antara prediksi dan kenyataan seringkali ada selisih, baik positif maupun negatif. Seperti diperkirakan banyak pihak, gelombang arus mudik Lebaran 2021 diketahui tetap ditemukan meski pemerintah telah mengeluarkan larangan mudik. Penyekatan pun dilakukanpihakberwajib di ratusantitikgunamencegahpenyebaran Covid-19. Denganberagamcara dan alasan, sekelompok orang tetapnekatmenuntaskanrindupulangke kampung halaman di tengahsituasipandemi Covid-19 di Tanah Air yang belum juga terkendali.
Dari hasilpengetesanacak Covid-19 dalamOperasi Ketupat 2021, dilaporkanbahwajumlahpemudik yang positif Covid-19 mencapai 4.123 orang. “Jumlahpemudik yang di-random testing dari 6.742 konfirmasipositif 4.123 orang,” ujar Menteri KoordinatorBidangPerekonomiansekaligusKetuaKomitePenanganan Covid-19 dan PemulihanEkonomi Nasional AirlanggaHartartodalamjumlapers di Kantor Presiden, Jakarta.
Lantas, bagaimanaprediksiperkembanganpandemi di Indonesia pascakegiatan mudik berakhir? Epidemiologdari Griffith University Dicky Budiman dengangamblangmenyebutpotensi yang akanterjadiadalahmeningkatnyakasusinfeksi dan fatalitas. “Dampak mudik terhadapperburukansituasipandemikita yang memangsaatini juga belumdalamsituasi yang terkendali, tentujelasberdasarkan sains, berdasarkanstudiepidemiologi, jelasakanterjadipenambahankasus, baikituangkakesakitanmaupunkematian,” kata Dicky.
Melihatkembalicatatanliburpanjang yang pernahdimiliki Indonesia, Dicky merangkum rata-rata peningkatankasuskesakitanpasca-adanyamobilitasmasyarakat di momenliburpanjangadalahsebanyak 60-90 persen. Sementarauntukangkakematian, rata-rata meningkat di atas 50 persen pada momentum yang sama. “Bahkanmeski di tengahterbatasnyakapasitastesting, tracing kita, ituterjadi. Yang artinya, situasi sebenarnya (penularan dan kematian) di publik lebih besar dari itu,” katanya lagi.

Potensi Bahaya
Melihat fakta yang terjadi, Dicky menyebut adanya potensi bahaya terjadinya ledakan kasus di tengah masyarakat. Setelah lebih dari satu tahun bergelut dengan pandemi, Indonesia memiliki catatan tingkat positivitas selalu di atas 10 persen. “Itu menunjukkan banyak kasus infeksi tidak bisa kita deteksi, klaster-klaster tidak teridentifikasi, dan akhirnya tidak terselesaikan. Itu seperti bom waktu, wabah, yang pada gilirannya tinggal menunggu saja satu trigger untuk terjadinya ledakan kasus,” jelas dia.
“Itulah yang harus disadari oleh semua pihak, baik Pemerintah maupun masyarakat. Tidak bisa hanya salah satu di antaranya,” lanjutnya. Menurutnya seluruh pihak harus bekerja sama untuk menuntaskan persoalan terkait wabah virus corona. Jika masyarakat sudah menjaga kondusifitas, namun Pemerintah tidak memiliki kebijakan dan langkah yang tegas, maka tidak akan berarti apa pun.
“Sebaliknya, ketika Pemerintah mengeluarkan banyak kebijakan dan melakukan berbagai intervensi namun masyarakat tak mendukungnya, hasil yang sama akan didapatkan,” jelas dia. Belum lagi adanya mutasi virus yang saat ini sudah dikonfirmasi masuk ke Indonesia. “Kita ada keberadaan varian baru yang lebih cepat menular juga menurunkan efikasi antibodi. Inisajasudahmenjadisatuancamansangatseriusuntuk Indonesia,” ungkap dia. Menurutnya, setiap orang memegangperananpentingdalampenyebaran juga penghentianpenularan virus ini.

Penyekatan
Gunamengantisipasimobilitasmasyarakat dan penghentianpenularan virus Covid 19, berbagaiupayatelahdilakukanpemerintah. Salah satunyaadalahpenyekatanlarangan mudik. Bagaimanarealisasi dan efektifitaspelarangan mudik dan penyekatanini? Operasi Ketupat Jaya 2021 yang diterapkansejak 6 Mei laluterkaitpenyekatanlarangan mudik dinilaiampuhmenekan 50 persenarus mudik keluar Jakarta. Hal tersebut disampaikan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran. Fadil menyatakan masih ada ratusan ribu orang yang nekat mudik keluar Jakarta meski sudah dilarang pemerintah.
“Sekitar 100-200 ribu masyarakat tetap nekat pulang. Penyekatan ini juga baik, karena mampu mengurangi 50 persen dari arus yang keluar dari Provinsi DKI Jakarta,” kata Fadil di Balai Kota, Jakarta, beberapa waktu lalu. Mantan Kapolda Jawa Timur itu membandingkan sebelum 6 Mei 2021 atau sebelum pemberlakuan larangan mudik, jumlah kendaraan keluar masuk di gerbang tol Cikupa maupun Cikarang Barat sekitar 700 ribu kendaraan. “Penumpang melalui kereta api dan udara yang keluar Jakarta itu sekitar 300 ribu,” ujar Fadil. Mengantisipasi arus balik lebaran, polisi sudah berkoordinasi dengan Pemprov DKI Jakarta dan Kodam Jaya untuk melakukan skrining (pendeteksian) kepada setiap orang yang kembali ke ibu kota. Dia menyebut, setiap orang yang akan masuk Jakarta akan dites sebanyak dua kali.
Pertama, dites di perjalanan saat orang akan masuk Jakarta dan ketika sudah sampai di tempat tujuan di ibu kota. Warga yang diperbolehkan masuk akan terus diawasi gugus tugas tingkat RT/RW yang dikoordinasi oleh Camat, Lurah, Bhabinkamtibmas, Babinsa. Lalu, mendata setiap warga yang baru masuk Jakarta pascalebaran. “Kami mengambil langkah-langkah pencegahan berbasis komunitas untuk mengefektifkan 3T,” ujar Fadil. Dia berharap dengan langkah-langkah pencegahan itu, angka penambahan Covid-19 di Jakarta bisa terkendali. “Mudah-mudahan Covid-19 terkendali di Jakarta,” kata Fadil.

Berakhir 31 Mei 2021
Sementara itu, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya memperkirakan operasi penyekatan dan swab antigen terkait larangan mudik Lebaran 2021 berakhir pada Senin (31/5/2021). Pospenyekatan yang didirikanbersamaandenganOperasi Ketupat Jaya itusebelumnyadiperpanjanghingga 31 Mei 2021 dari yang semulaberakhir pada 24 Mei. “Kemungkinan (penyekatanuntukmasukpemudikke Jakarta) malaminiselesai,” ujarDirlantasPolda Metro Jaya, Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo. Sambodomengatakan, barakhirnyaoperasipenyekatanakanditutupdengandigelarnyakonferensipers yang digelar oleh KepalaKorp Lalu Lintas (Kakorlantas) PolriIrjen Pol Istiono. “Nanti malam pers release dari Kakorlantas di pos Kilometer 34,” kata Sambodo. Ditlantas Polda Metro Jaya pun mencatat sudah melakukan swab antigen kepada 44.381 pemudik di 14 pos penyekatan sejak 16 hingga 31 Mei 2021. Adapun 155 orang dinyatakan reaktif dan sudah mendapatkan penanganan medis lebih lanjut. “Ini data sementara. Karena data hari ini (Senin) belum masuk,” ucap Sambodo.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus mengungkapkan, operasi Ketupat dalam penanganan Covid-19 di masa libur Lebaran diperpanjang dari yang awal berakhir 14 Mei 2021, menjadi 31 Mei 2021. Total ada 14 titik penyekatan yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), dari yang sebelumnya 12 titik.
“(Ada) 12, ditambah 2 lagi ada penambahan Terminal Tanjung Priuk dan Terminal Kampung Rambutan, jadi ada 14 titik penyekatan,” kata Yusri pada 15 Mei 2021.

Evaluasi Kementerian Perhubungan
Efektitifitaspenyekatan dan larangan mudik juga dievaluasi oleh Kementerian Perhubungan. MelaluiJuruBicaraAditaIrawatimenyebut,telahselesaimelakukanevaluasihasilpengendaliantransportasiselamalarangan mudik Lebaran 2021. Bersama beberapapihakterkait, dinyatakanbahwapengendalianberjalansecaramaksimal dan berhasilmengurangipergerakanmassa di semuamodatransportasi mudik.
“Hal inibisamenjadiindikasimasyarakatmenyadaribahaya di balikaktivitas mudik, sebagaihasildarikomunikasi dan sosialisasi yang sangatintensifdilakukan” kata Adita, Iamerinci, pengendaliantersebutditerapkan pada peniadaan mudik berlangsung pada 6-17 Mei 2021. Kemudiansebelum dan sesudahnyadilaksanakan masa pengetatansyaratperjalananyaituselama 22 April sampai 5 Mei 2021 sertapascaperjalanan 18-24 Mei 2021.
“Total pergerakanpenumpang di faseprapeniadaan mudik, masa peniadaan mudik dan pascapeniadaan mudik (22 April – 24 Mei 2021) mencapaisekitar 5,6 juta orang,” ungkapnya. Khusus pada peniadaan mudik pada 6-17 Mei 2021, lanjutAdita, tercatatjumlah rata-rata harianpergerakanpenumpangturunsampaisekitar 81 persenjikadibandingkandenganharibiasa.
“Kami mengapresiasiadanyakesadarandarimasyarakat yang patuhterhadapketentuanpeniadaan mudik, sekaligusmembantumencegahmeluasnyakasuspositif Covid-19 di Indonesia,” ucapAdita. Adapun sampai 31 Mei 2021, kiniseluruhwarga yang melakukanaktivitasmobilitaskePulauJawa dan Sumatera wajibmenunjukkandokumennegatifcovidhasil rapid antigen yang berlaku 1×24 jam. Tujuannya, untukmenekanpotensipenyebaran virus corona alias Covid-19 usailiburLebaran 2021.
Aditamengatakan, pihaknyatelahmenyiapkanbeberapatitikuntuktes random tes Covid-19 gratis secaraintensifuntukpenumpang, khususnyaangkutan bus di Sumatera dan mandatory check. “Ditujukanuntukmemastikan para pelakuperjalanandalamkondisisehat (bebas Covid-19) dan tidakterjadipenularankedaerah lain,” kata Adita
Melandai
Larangan Mudik 2021 telah berakhir, dan masa pengetatan perjalanan yang ditandai dengan persyaratan dokumen perjalanan seperti surat keterangan bebas Covid-19 diaplikasikan. Dampaknya tampak dalam mobilitas masyarakat, pergerakan tetap ada, akan tetapi tidak terlalu padat.
Dikutip dari kantor berita Antara, Kepala Korlantas Polri Irjen Polisi Istiono menyatakan bahwa lebih kurang 100 ribu kendaraan sudah masuk ke Jakarta.Jumlah ini berarti bahwa kendaraan dari Jawa maupun Sumatera mengikuti arus balik secara bertahap menuju Jakarta. Tidak terjadi antrean, bahkan situasinya seperti sebelum arus mudik.
Dalam situasi situasi pelarangan mudik dan pengetatan perjalanan untuk mencegah penyebaran virus Corona penyebab Covid-19, sebagian besar anggota masyarakat akhirnya memilih menahan diri dengan menunda melakukan perjalanan. Sehingga arus kendaraan yang mengikuti arus balik tidak hanya “menumpuk” di satu hari tertentu.Namunterbagiarusnyahari per hari, mengalirsecarabertahap.
Landainya arus balik ini, menjadi indikasi bahwa masyarakat kemungkinan masih banyak yang menahan diri atau menunda balik ke Jakarta dan sekitarnya sampai adanya aturan baru. Utamanya menilik periode pengetatan perjalanan berlangsung hingga hari ini, Senin 31 Mei 2021.
Dalam dua hari terakhir, arus balik dari Sumatera ke Jakarta dan sekitarnya terus menurun. Pada Minggu (23/5/2021) arus balik turun 20 persen, sehari sebelumnya mencapai penurunan 22 persen.
Sedangkan arus dari berbagai daerah di Pulau Jawa menuju Jakarta dan sekitarnya pada dua hari lalu hanya naik 11 persen. Minggu (23/5/2021) yang diperkirakan puncak arus balik justru turun, dengan kenaikan hanya enam persen.
Selama masa Larangan Mudik 2021, tes usap atau swab antigen dilaksanakan di 149 titik pengetatan arus balik libur Lebaran 2021, agar lonjakan penularan Covid-19 di DKI Jakarta setelah arus balik bisa diantisipasi.
Rapid test wajibatau mandatory, sertaacakatau random telahdilakukanatas 180 ribu orang dan mendeteksi 525 orang reaktif Covid-19.KepalaKorlantasPolriIrjenPolisiIstionomenambahkan, meskisudah ada kemudahanprosedur dan kecepatan proses pemeriksaan Covid-19, pilihanmenundaperjalananbalikdinilailebihbaik. Kecuali ada deadline untuktugasatauurusankedinasan yang tidakbisaditunda.
Update CovidPascaLebaran
Dari larangan mudik dan penyekatantersebut di atas, tentukitainginmengtahuibagaimanasituasipenambahankasusCovid 19 di tanah air ? Berikutinformasiterbarupenambahankasus virus corona (Covid-19) di Indonesia pada Senin (31/5/2021).
Jumlahkasusterkonfirmasipositif Covid-19 di Indonesia bertambah 5.662 pasien.Data di laman Covid19.go.id pukul 16.45 WIB, total kasusterkonfirmasipositif Covid-19 di Indonesia yakni 1.821.703 pasien.Berdasarkan data Minggu (30/5/2021), total pasienpositif Covid-19 sebanyak 1.816.041 orang.Lalu, jumlahpasien yang sembuh pada hariinimenjadi 1.669.119 di seluruh Indonesia.Pada harisebelumnya, total pasien yang sembuhyakni 1.663.998 orang.Ada penambahanpasiensembuhsebanyak 5.121 orang.
Kemudian, total ada 50.578 orang yang dinyatakanmeninggal dunia hinggahariini.Sementara, data kemarinmenunjukkansebanyak 50.404 orang meninggal dunia.Dengandemikian, jumlahpasien Covid-19 yang meninggal dunia dalam 24 jam sebanyak 174 orang.
PeningkatanKeterisianTempatTidurPasien Covid-19
Telah terjaditrenkenaikantingkatketerisiantempattidurisolasirumahsakitrujukan Covid-19 pascaliburIdulFitri.Peningkataniniterlihat di tingkatnasional yang merupakankontribusidari 5 provinsidengankenaikantertinggiyakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten dan DI Yogyakarta.Hal itudisampaikan oleh JuruBicaraSatgasPenanganan Covid-19, Prof WikuAdisasmito di Graha BNPB.”Adapun peningkatannyamenunjukkanvariasi, namuntrennyaterjadiselama 5-6 hariterakhir,” ujarnya, dikutipdarilaman Covid19.go.id.
Peningkatan tempat tidur isolasi mulai terlihat dengan membandingkan data pada 20 Mei dan 26 Mei 2021.Peningkatan secara nasional sebesar 14,2 persen yakni dari 20.560 menjadi 23.488 tempat tidur.Peningkatan ini merupakan kontribusi dari 5 provinsi karena mengalami kenaikan BOR antara 18-23 persen dalam rentang waktu yang sama dengan kenaikan di tingkat nasional.Kelimanya di DKI Jakarta dengan keterisian tempat tidur isolasi naik 23,7 persen dari 3.108 menjadi 3.846.Jawa Barat naik 30,2 persen dari 3.003 menjadi 3.615.Jawa Tengah naik 23,14 persen dari 2.567 menjadi 3.161.Banten naik 21,2 persen dari 816 menjadi 959.DI Yogyakarta naik 18,8 persen dari 495 menjadi 585 tempat tidur terisi.”Data ini menandakan terjadi peningkatan kasus pada 6 hari terakhir.””Ini artinya, peningkatan kasus juga terjadi pada pasien dengan gejala sedang dan berat sehingga membutuhkan ruang isolasi.”
“Iniadalah alarm keras, terutamaprovinsi-provinsi di PulauJawa,” jelasWiku.Data-data yang disampaikansaatinibelummenggambarkansepenuhnyaperkembangan pada minggukeduapascaIdulFitri.Namun, data penambahankasuspositif, kasusaktif, mobilitaspenduduk, sertaketerisianruangisolasi, sudahmenunjukkanadanyakenaikan.
Data ini juga menegaskanbahwaprovinsi-provinsi di PulauJawaadalahkontributorterbesarpenambahankasuspositiftingkatnasional.Provinsi-provinsi ini harus melakukan konsolidasi penanganan dengan baik antar jajaran pimpinan daerah.Sehingga, Pulau Jawa dapat menjadi kontributor perbaikan perkembangan kasus di tingkat nasional.
“Manfaatkan forum komunikasi pimpinan daerah lintas wilayah tingkat provinsi, kabupaten/kota agar dapat menghasilkan strategi pengendalian yang efektif,” pesan Wiku.

Tak Ada Formula Standar
Bilamelihatkebijakanlarangan mudik dan penyekatansertapenerapannya di lapangan, baikPolrimaupunKemenhubmenilaiefektifitascukupbaik, berhasilmenurunkanmobilisasimassa dan kendaraandengandrastis. NamunhalitutidaktercerminefektifitasnyagunamenekanlajupenularanCovid 19 sebagaimanadipaparkan BNPB.
Memang sulit mencari korelasi positif antara larangan mudik dengan peningkatan penularan Covid 19. Namun secara bijaksana harus kita akui upaya larangan mudik dan peyekatan ini telah berhasil dijalankan di lapangan di satu sisi.
Menyipkapi hal ini, ada baiknya kita mengikuti apa yang disampaikan Presiden RI Joko Widodo. Beliau menyebut tidak ada formula yang standar yang digunakan dalam menghadapi Covid-19. Menurutnya, halituberdasarkanpengalamanpemerintahsejakdariawalmunculnyapandemi Corona di tanah air.
“Pengalaman 11 bulaninimengajarkan pada kitabahwadalammenghadapipandemitidak ada formula yang standar, yang disebutrumusan formula yang benar juga tidak ada,” ujar Jokowi. Kata Jokowi, 215 negara di dunia, juga sama-samamencari formula yang tepatdigunakanuntukmenangani Covid-19. Karena itu dibutuhkan manajemen untuk mengelola krisis secara cepat dan tepat.
“Karena 215 negara di dunia mencari formula yang tepat untuk digunakan di negaranya masing-masing. Karena itu dibutuhkan manajemen untuk mengelola krisis secara cepat dan tepat,” ucap dia.”Dalam menghadapi situasi krisis seperti ini kita harus mengetahui situasi lapangan memiliki kecerdasan lapangan, menguasai manajemen lapangan, mampu melihat hambatan dan kendala yang dihadapi di lapangan, dan segera mencari solusi untuk menyelesaikan masalah,” kata Jokowi.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Negara menegaskan pemerintah sedang mengerahkan seluruh sumber daya untuk mengatasi pendemi. Salah satunya yakni melaksanakan vaksinasi dengan cepat, untuk memutus rantai penyebaran CovidPemerintah kata Jokowi juga sedang menyeimbangkan rem dan gas mengendalikan penyebaran virus sekaligus melaksanakan berbagai program pemulihan ekonomi nasional. “Menyiapkan berbagai kebijakan dan program untuk menjawab peluang pasca pandemi, yang akan menjadi trigger untuk ekonomi bergerak lebih cepat,” katanya.Ya, segala upaya sudah kita lakukan, adapun hasil tentu kita serahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa pemilik hidup yang hakiki. Tapi yang wajib kita lakukan adalah ihtiar dan menaati kebijakan dan aturan yang digariskan pemerintah. Tidak bijaksana untuk menyalahkan satu sama lain. (Saf).

Artikel sebelumyaManuver ICW Lengserkan Ketua KPK Sebagai Tindakan Gegabah
Artikel berikutnyaModern, Menuju Layanan Polisi Serba Elektronik

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here