Site icon www.ikromulmuslimin.com

Kontroversi Olimpiade Paris 2024 Parodikan Malam Perjamuan Kudus #IndonesiaOlimpiadeParis

Olimpiade Paris 2024

Pembukaan Olimpiade Paris 2024 di Sungai Seine menuai kritik tajam. Bukan hanya karena dianggap biasa saja, tetapi juga karena dianggap menghina agama Kristen. Pada salah satu sesi pembukaan, panitia menampilkan elemen LGBTQ yang dianggap memparodikan Perjamuan Terakhir, yang memicu kemarahan umat Kristen di seluruh dunia. 

Banyak netizen membandingkan konsep pembukaan ini dengan Tokyo, Beijing, hingga Yunani. Pada hari Senin (29/7/2024), perusahaan teknologi berbasis di Mississippi, C Spire, mengumumkan pemutusan hubungan dengan Olimpiade, hanya beberapa jam setelah pembukaan. Mereka menyatakan di X bahwa mereka kaget dengan parodi Perjamuan Terakhir dalam upacara pembukaan dan memutuskan untuk menarik iklan mereka.

Pertunjukan kontroversial ini dilakukan di seberang Jembatan Debilyl dengan Menara Eiffel dan Sungai Seine sebagai latar. Tiga drag queen Prancis dan penari lainnya, yang berbusana glamor, memulai pertunjukan dengan berdiri berbaris di dasar landasan pacu yang menyerupai meja panjang, mengingatkan pada ‘Perjamuan Terakhir’ karya Leonardo da Vinci. 

Di tengah pertunjukan, seorang wanita dengan hiasan kepala perak besar yang menyerupai lingkaran cahaya, seperti yang digambarkan dalam lukisan Yesus, tersenyum dan membentuk simbol hati dengan tangannya, sementara rekan-rekannya menatap kamera sebelum mulai menari.

Aktor dan penyanyi Prancis, Philippe Katerine, muncul sebagai dewa Yunani Dionysus, dengan tubuh dicat biru dan hanya mengenakan seikat bunga untuk menutupi kemaluannya.

Konferensi Uskup Prancis juga merilis pernyataan di X, menyatakan bahwa adegan tersebut adalah ejekan terhadap Kristen. Mereka menyesalkan parodi ini dan berterima kasih kepada anggota denominasi agama lain yang telah menunjukkan solidaritas. Pernyataan tersebut juga menyebutkan bahwa mereka berpikir tentang semua umat Kristen di seluruh dunia yang merasa terluka oleh provokasi ini.

Meskipun Thomas Jolly, direktur artistik upacara pembukaan, menjelaskan bahwa adegan tersebut hanya menggambarkan keberagaman, kemarahan di kalangan konservatif religius tetap tidak mereda.

Exit mobile version