Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencabut lampiran perpres yang mengatur soal pembukaan investasi baru industri miras yang mengandung alkohol. Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Laiskodat menyambut baik pencabutan itu selama untuk menjaga stabilitas politik.
“Cabut pun bagus kan, selama itu untuk stabilitas politik, oke. Tetapi begini, kalau untuk NTT, dengan tidak ada investasi lagi kan bagus, karena yang sekarang berarti tidak ada saingannya, itu bagus dong, yang lama tetap berjalan, yang baru tidak ada lagi, itu kalau dari aspek daerah,” kata Viktor di Kejaksaan Agung, Jalan Bulungan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (3/3/2021).
Viktor menerangkan alkohol bukan tentang haram dan halal, melainkan tentang budaya. Karena Indonesia, kata Viktor, tercipta dari beragam agama, suku, dan bahasa.
“Tapi kalau untuk kepentingan pesan kepada dunia, maka di mana mana pun yang namanya alkohol itu kan bukan bicara tentang haram-halal, itu bicara tentang taste dan budaya,” kata Viktor.
“Nah, Indonesia ini bukan satu agama, bukan satu suku, bukan satu bahasa, kita beragam, keragaman itu harus dapat dilihat menjadi bentuk kekayaan Indonesia, tidak boleh diterjemahkan bahwa satu tidak suka, semua tidak suka. Itulah keragaman dan itulah Indonesia,” sambungnya.
Viktor mengungkap keberagaman yang dimiliki itu membuat Indonesia menjadi kuat dan kokoh. Viktor tidak ingin karena ketidaksukaan satu orang kemudian akhirnya menyamaratakan ketidaksukaan seluruh pihak.
“Keragaman itulah yang membuat kita kuat hari ini. Jadi jangan karena ketidaksukaan seseorang mengharuskan sama rata semua di sana, saya tidak suka, itu berbeda di situ,” ujarnya.
Lebih lanjut Viktor menyebut negara-negara maju masih menggunakan alkohol. Viktor pun lantas mempertanyakan penerimaan alkohol dari negara lain yang masuk ke Indonesia.
“Dan di mana pun berada, coba jelaskan ke saya, negara-negara maju, pasti ada alkoholnya, coba sebut negara maju, Amerika ada tidak alkohol? Eropa ada tidak? Australia? Pasti ada, whatever. Pertanyaan kita, kita tidak produksi dilarang, tapi kita menerima alkohol dari negara-negara lain, yang masuk ke Indonesia. Saya tanya, yang mana yang lebih bermartabat, terima barang impor atau membuat sendiri? Ya itu,” ungkap Viktor.
Tonton Video: Lika-liku Perpres Investasi Miras dan Lampiran yang Dicabut Jokowi